Sabtu, 06 Mei 2017

fayakhun bakamla, fayakhun andriadi dan kota wali

fayakhunbakamla, fayakhun bakamla, fayakhun, bakamla, kasus fayakhun, kasus bakamla, suap bakamla, kpk bakamla, fayakhun bakamla ahok, fayakhun bakamla golkar,

fayakhun andriadi fayakhun andriadi ahok, fayakhun andriadi dikeroyok, biografi fayakhun andriadi, fahd a rafiq, erlina kumala esti, fahd el fouz a rafiq, fayakhun andriadi agama, fahd golkar,

kehidupan fayakhun andriadi, kehidupan fayakhun bakamla, seputar fayakhun, kasus bakamla, detik bakamla, blog fayakhun, kader golkar, biodata fayakhun, kisah fayakhun bakamla,

Kau bilang sejarah adalah cermin. Memang benar, kawan, tapi cermin yang pecah berkeping-keping. Dan kau tak akan pernah mengenali wajahmu hanya dengan sekeping cermin itu.

Tuban, Bukan Kota Wali

Saya tidak tahu, knp orang2 Tuban tidak malu menyebut daerahnya sbg kota wali. Kalo Tuban sudah mampu menjamin ksejahteraan dan kualitas hidup warganya, baik jiwa maupun raga. Itu gak masalah. Lha ini, bahkan kebijakan2 pemdanya saja tidak mengarah kesana. Yg ada hanya bagaimana membangun industrialisasi, untuk korporasi, korporasi, dan korporasi. Sbenarnya industrialisasi itu tidak masalah, asalkan memang rakyat sendiri yg jadi pengendali, dg tujuan untuk ksejahteraan bersama. Masalahnya, di Tuban tidak demikian.

Malulah sama para wali itu. Berandal lokajaya saja, sblum jadi wali, memihak rakyat kecil kok. Lha ini, buru2 menyebut diri sudah wali, eh jadi berandal saja belum pantas. Entahlah. Kecuali kamu bilang bahwa para wali itu ada di pihak korporasi.

fayakhun bakamla berkata Sayyidina Ali bilang, kejahatan terorganisir (binidhomin), hanya bisa kalah dg kebajikan terorganisir. Contohnya, dulu kolonialisme bisa dienyahkan dengan gotong royong rakyat dlm perang kemerdekaan.
Kejahatan terorganisir itu kini berwujud pada sistem yg membuat adanya konsentrasi kekayaan pada segelintir orang. Kita lihat 85 orang terkaya dunia kebanjiran duit yang bahkan kekayaannya melebihi kekayaan 3 milyar orang (alias separuh penduduk bumi), yg hidupnya megap2. Jurang itu akan terus melebar dari waktu ke waktu.
Juga, penjajahan antar negara hingga kini terus berlangsung dg modus yang berbeda. Sperti negara kita, yg hingga kini sbenarnya masih saja jajahan Barat. Shingga kesejahteraan kita bersama masih saja diawang awang.
Kita bisa lihat, orang bisa saling bunuh hanya sekedar untuk bertahan hidup. Pertanyaannya, ini sistem macam apa?
Ramadhan adalah bulan berkah, dimana orang islam bahu membahu mengejar kebajikan, meningkatkan maqam spiritualutasnya. Untuk itu, orang melakukan tasfsiyatunnafsah, dengan muhasabah sebagai pintunya.
Tapi itu hanya spiritualitas individu, yang tentu saja akan kalah melawan kejahatan terorganisir sperti diatas. Sbagaimana penjajahan tak bisa dikalahkan dg ribuan orang yang hanya berdoa dalam kamar.
Mungkin, Ramadhan kali ini yg kita perlukan adl peningkatan spiritualisme kolektif. Pintunya tetap, muhasabah kolektif, atau kritik oto kritik. Lalu pembersihan penyakit bersama atas tiap unsur yang bisa membuyarkan tujuan hidup manusia, baik itu dari dalam maupun dari luar. Luka2 lama harus kita basuh, lantas tindakan yg lebih maju lagi bisa kita lakukan.

fayakhun bakamla merasa, hanya dg begitu Ramadhan jadi lebih punya makna, yang bukan sekedar pengulang ulangan ritualitas yang mandul, alias stagnan. Sbb yg stagnan akan dilindas oleh sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar