Fayakhun Andriadi, Ketua DPD Partai Golkar DKI
Jakarta, adalah anak keempat dari 5 bersaudara pasangan Ir. Haditirto
Djoyodirdjo dan Etty Artiadi. Fayakhun berasal dari keluarga pekerja keras. Di
usia 23 tahun, ia mengabdikan diri sebagai dosen jurusan Elektro, Fakultas
Teknik Universitas Semarang. Politisi muda yang sekarang menjadi anggota DPR RI
ini semenjak kecil telah terbiasa berprestasi dan mengikuti berkembangan zaman.
Selain sibuk di dunia politik, Fayakhun masih menyempatkan diri berbagi
pemikiran melalui tulisan-tulisannya. Beberapa tulisannya membahas mengenai
“teknologi” yang menjadi salah satu bidang keahliannya.
Dalam salah satu bukunya yang berjudul
“Demokrasi di Tangan Netizen”, Fayakhun Andriadi mengemukakan bahwa di samping
kelebihan dan kemudahan dan dimilikinya, teknologi digital juga menyimpan
problem yang serius di dalamnya. Sekedar memberikan salah satu contohnya, kita
bisa melihat mengenai ancamman terjadinya perang mayantra. Era internet
menyimpan bara dalam sekam. Seperti nuklir yang dapat berguna untuk pengobatan
dan pembunuhan jutaan orang sekaligus, teknologi digital juga serupa. Ia bisa
digunakan untuk membangun peradaban atau menghancurkannya. Sisi konstruktif dan
destruktif teknologi digital ibarat dua sisi mata uang yang berkebalikan namun
tidak bisa dipisahkan.
“The next Pearl Harbor could very well be a
cyberattack.” Peringatan itu dilontarkan Direktur CIA, Leon Panetta, di
hadapan Kongres Amerika Serikat pada bulan Febuari tahun 2011. Panetta tidak
sedang meracau. Pada tahun 2007, pemerintah Amerika Serikat mengalami serangan
berbahaya: “spionase Pearl Harbor”. Yaitu masuknya “kekuatan asing” yang tidak
diketahui ke semua jaringan badan teknologi tinggi dan lembaga militer,
kemudian mengunduh total seluruh informasi dan data yang ada hingga kapasitas terabyte.
Jelas ini merupakan ancaman nyata bagi keamanan nasional Amerika Serikat.
Ancaman lebih dahsyat daripada peristiwa Pearl Harbor yang pernah terjadi pada
tahun 1941 ketika perang dunia ke 2.
Akhir 2012, peringatan Panetta tadi diperkuat
oleh Mike McConnel, mantan Direktur Intelejen Nasional di bawah Pemerintahan
Presiden George W. Bush, bahwa Amerika Serikat tak boleh bersikap pasif pada
kemungkinan terjadinya serangan cyber yang dahsyatnya setaraf dengan
tragedi World Trade Center (WTC) pada tahun 2001.
Peringatan yang lain juga dilontarkan John
Aquilla dan David Ronfeldt, seorang analis Rand Corporation. Bahkan kedua orang
tersebut termasuk yang paling awal memberikan peringatan mengenai hal di atas,
yaitu pada tahun 1993.