Bagi Fayakhun Andriadi realitas global tidak
hanya menghadirkan ancaman yang bersifat dua arah, tapi juga bersifat global,
menyebar dan asimetris. Hingar-bingar suara mesiu boleh jadi hanya dirasakan
oleh kedua belah pihak, namun secara asimetris memiliki dampak yang akan terus
berlanjut dan semakin subur. Dalam konteks inilah menurut Fayakhun Andriadi perang asimetris (asymetric warfare) bukan lagi
sekedar wacana, tapi telah menjadi realitas.
Dalam perang
asimetris bagi Fayakhun Andriadi,
ancaman bersenjata (military threat) sama pentingnya untuk diperhatikan dengan
ancaman non-militer. Ancaman pada dimensi sosial, politik, ekonomi, ideologi
hingga budaya menurut Fayakhun Andriadi
menjadi instrumen baru yang muncul merapuhkan eksistensi negara, meski tidak
terlibat secara langsung di dalamnya.
Mengabaikan
persoalan Korea Utara dan Selatan, bagi Fayakhun
Andriadi yang telah mencapai kulminasi tertinggi dalam situasi konflik
serta melibatkan perang terbuka antara kedua belah pihak, sama halnya memberi
ruang gerak bagi penyebaran ancaman tersebut. Pada gilirannya, berbagai
kepentingan yang saling berbenturan akan berdampak pada kepentingan lainnya.
Blok komunisme yang cenderung mendukung tindakan Korea Utara akan selalu
berbenturan dengan blok lain yang didukung oleh negara-negara Eropa serta PBB.
Sikap Indonesia
menurut Fayakhun Andriadi
Di luar
persoalan itu bagi Fayakhun Andriadi,
Indonesia sebagai anggota PBB dan memiliki landasan konstitusional dalam
Pembukaan UUD 1945 yang mewajibkannya turut terlibat melaksanakan ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
sudah seharusnya Indonesia bersikap pro-aktif dalam meredakan ketegangan Korea
Utara dengan Korea Selatan.
Atas landasan
konstitusional itulah bagi Fayakhun
Andriadi kebijakan luar negeri kita berkarakter bebas dan aktif (active and
independent). Kebijakan tersebut dilandasi oleh keinginan Indonesia untuk
memainkan peranan konstruktif dalam isu internasional, serta menciptakan seribu
teman dan nol musuh (a thousand friends and zero enemies), sementara arahnya
mengacu pada “omni-directional foreign policy”, dengan mengedepankan
persahabatan dan kerja-sama yang saling menguntungkan.
Sudah saatnya,
lanjut Fayakhun Andriadi karakter
kebijakan luar negeri menunjukkan kekhasannya di hadapan negara-negara di
dunia. Indonesia adalah anggota keluarga demokrasi dunia yang senantiasa
bekerja sama dengan negara sahabat dalam mempromosikan nilai-nilai universal
demokrasi, toleransi dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Karena
itulah, ia bisa menjadi pelopor di garda depan, paling tidak dalam komunitas
Asia Tenggara, untuk mendorong terciptanya perdamaian di semenanjung Korea.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar