Senin, 05 Juni 2017

Fayakhun Andriadi, Bicara Sikap Indonesia

Bagi Fayakhun Andriadi realitas global tidak hanya menghadirkan ancaman yang bersifat dua arah, tapi juga bersifat global, menyebar dan asimetris. Hingar-bingar suara mesiu boleh jadi hanya dirasakan oleh kedua belah pihak, namun secara asimetris memiliki dampak yang akan terus berlanjut dan semakin subur. Dalam konteks inilah menurut Fayakhun Andriadi perang asimetris (asymetric warfare) bukan lagi sekedar wacana, tapi telah menjadi realitas.

Fayakhun Andriadi, Bicara Sikap Indonesia


Dalam perang asimetris bagi Fayakhun Andriadi, ancaman bersenjata (military threat) sama pentingnya untuk diperhatikan dengan ancaman non-militer. Ancaman pada dimensi sosial, politik, ekonomi, ideologi hingga budaya menurut Fayakhun Andriadi menjadi instrumen baru yang muncul merapuhkan eksistensi negara, meski tidak terlibat secara langsung di dalamnya.
Mengabaikan persoalan Korea Utara dan Selatan, bagi Fayakhun Andriadi yang telah mencapai kulminasi tertinggi dalam situasi konflik serta melibatkan perang terbuka antara kedua belah pihak, sama halnya memberi ruang gerak bagi penyebaran ancaman tersebut. Pada gilirannya, berbagai kepentingan yang saling berbenturan akan berdampak pada kepentingan lainnya. Blok komunisme yang cenderung mendukung tindakan Korea Utara akan selalu berbenturan dengan blok lain yang didukung oleh negara-negara Eropa serta PBB.

Sikap Indonesia menurut Fayakhun Andriadi

Di luar persoalan itu bagi Fayakhun Andriadi, Indonesia sebagai anggota PBB dan memiliki landasan konstitusional dalam Pembukaan UUD 1945 yang mewajibkannya turut terlibat melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka sudah seharusnya Indonesia bersikap pro-aktif dalam meredakan ketegangan Korea Utara dengan Korea Selatan.

Atas landasan konstitusional itulah bagi Fayakhun Andriadi kebijakan luar negeri kita berkarakter bebas dan aktif (active and independent). Kebijakan tersebut dilandasi oleh keinginan Indonesia untuk memainkan peranan konstruktif dalam isu internasional, serta menciptakan seribu teman dan nol musuh (a thousand friends and zero enemies), sementara arahnya mengacu pada “omni-directional foreign policy”, dengan mengedepankan persahabatan dan kerja-sama yang saling menguntungkan.


Sudah saatnya, lanjut Fayakhun Andriadi karakter kebijakan luar negeri menunjukkan kekhasannya di hadapan negara-negara di dunia. Indonesia adalah anggota keluarga demokrasi dunia yang senantiasa bekerja sama dengan negara sahabat dalam mempromosikan nilai-nilai universal demokrasi, toleransi dan penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia (HAM). Karena itulah, ia bisa menjadi pelopor di garda depan, paling tidak dalam komunitas Asia Tenggara, untuk mendorong terciptanya perdamaian di semenanjung Korea.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar