Rabu, 07 Juni 2017

Fayakhun Andriadi: Era Digital Seperti Pisau Bermata Dua Bagi Para Politisi

Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi menyabet gelar doktor Ilmu Politik di UI setelah meneliti tentang Demokrasi Digital. Fayakhun Andriadi menjadi doktor pertama yang menulis disertasi tentang Demokrasi Digital dari prespektif ilmu politik.

Fayakhun Andriadi: Era Digital Seperti Pisau Bermata Dua Bagi Para Politisi


FayakhunAndriadi kemudian memberikan penjelasan tentang alasannya tertarik meneliti demokrasi digital. Fayakhun menyebutkan tiga alasan penting, yakni, pertama, selama ini di Indonesia belum ada kajian yang murni melihat Demokrasi Digital dari perspektif ilmu politik, mayori­tas dari perspektif komunikasi politik. Padahal, disiplin ilmu politik adalah yang paling funda­mental dan komprehensif seba­gai peneropong melihat sebuah fenomena politik baru.

“Kedua, praktik berdemokrasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sudah tidak bisa dilepaskan dari pengaruh peng­gunaan teknologi digital, lebih spesifik lagi media sosial,” jelas Fayakhun Andriadi.
Ketiga, lanjut Fayakhun Andriadi,  intensi pribadi yang secara khusus terlibat langsung dalam dinamika politik nasional, sekaligus pada saat yang sama memiliki latarbelakang keil­muan dalam bidang teknologi digital.

Selanjutnya, Fayakhun Andriadi menerangkan apa yang dimaksud dengan Demokrasi Digital. Ia menyebut Demokrasi Digital sebagai istilah yang merujuk pada simbiosis antara kemajuan teknologi digital dan demokrasi.
“Kemajuan teknologi digital telah menyebabkan terjadi pergeseran makna pada kata ruang. Dulu ruang merujuk pada sesuatu yang bersifat fisik. Tapi di era digital, ruang juga bersifat maya,” jelas Fayakhun Andriadi.

Masyarakat, lanjut Fayakhun Andriadi  memanfaatkan ruang maya sebagai sarana partisipasi politiknya, istilahnya cyberspace politic (politik berbasis ruang maya). Partisipasi politik dapat dilakukan tanpa kehadiran fisik partisipan atau warga negara, tapi hanya melalui ruang maya. Inilah yang disebut Demokrasi Digital, dimana partisipasi poli­tik warga negara dapat diek­spresikan secara maya melalui perangkat-perangkat digital.
“Meski disampaikan secara maya, aspirasi yang disuarakan seorang warga negara melalui media sosial dapat didengar oleh publik maupun oleh pemerintah melalui jaringan media maya yang tersedia. Dan aspirasi yang disuarakan ini memiliki dampak terhadap realitas politik,” kata Fayakhun Andriadi.

            Akan tetapi, Fayakhun Andriadi juga mengingatkan bahwa era digital seperti pisau bermata dua.
“Era digital ini benar-benar menarik. Ia menguntungkan bagi politisi, pejabat, apatarur negara yang punya rekam jejak bagus. Sebaliknya, media sosial menjadi neraka bagi pejabat atau politisi yang mempunyai kontrol diri lemah. Di era digital ini, setiap politisi, pemegang kebijakan, kepala pemerintahan, aparatur negara harus mening­katkan kontrol diri,” ungkap Fayakhun Andriadi.

Ada banyak sekali, kata Fayakhun Andriadi contoh betapa media sosial telah men­jadi saluran politik yang efektif dalam mendesakkan protes politik, protes sosial, kontrol terhadap pemerintah bahkan menggulingkan pemerintah yang sah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar