Ketua DPD
Partai Golkar DKI Jakarta, Fayakhun Andriadi menyabet gelar doktor Ilmu Politik
di UI setelah meneliti tentang Demokrasi Digital. Fayakhun Andriadi menjadi
doktor pertama yang menulis disertasi tentang Demokrasi Digital dari prespektif
ilmu politik.
FayakhunAndriadi kemudian memberikan penjelasan tentang alasannya tertarik meneliti
demokrasi digital. Fayakhun menyebutkan tiga alasan penting, yakni, pertama,
selama ini di Indonesia belum ada kajian yang murni melihat Demokrasi Digital
dari perspektif ilmu politik, mayoritas dari perspektif komunikasi politik.
Padahal, disiplin ilmu politik adalah yang paling fundamental dan komprehensif
sebagai peneropong melihat sebuah fenomena politik baru.
“Kedua,
praktik berdemokrasi di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir sudah tidak
bisa dilepaskan dari pengaruh penggunaan teknologi digital, lebih spesifik
lagi media sosial,” jelas Fayakhun Andriadi.
Ketiga, lanjut
Fayakhun Andriadi, intensi pribadi yang
secara khusus terlibat langsung dalam dinamika politik nasional, sekaligus pada
saat yang sama memiliki latarbelakang keilmuan dalam bidang teknologi digital.
Selanjutnya,
Fayakhun Andriadi menerangkan apa yang dimaksud dengan Demokrasi Digital. Ia
menyebut Demokrasi Digital sebagai istilah yang merujuk pada simbiosis antara
kemajuan teknologi digital dan demokrasi.
“Kemajuan
teknologi digital telah menyebabkan terjadi pergeseran makna pada kata ruang. Dulu
ruang merujuk pada sesuatu yang bersifat fisik. Tapi di era digital, ruang juga
bersifat maya,” jelas Fayakhun Andriadi.
Masyarakat,
lanjut Fayakhun Andriadi memanfaatkan
ruang maya sebagai sarana partisipasi politiknya, istilahnya cyberspace politic
(politik berbasis ruang maya). Partisipasi politik dapat dilakukan tanpa
kehadiran fisik partisipan atau warga negara, tapi hanya melalui ruang maya.
Inilah yang disebut Demokrasi Digital, dimana partisipasi politik warga negara
dapat diekspresikan secara maya melalui perangkat-perangkat digital.
“Meski
disampaikan secara maya, aspirasi yang disuarakan seorang warga negara melalui
media sosial dapat didengar oleh publik maupun oleh pemerintah melalui jaringan
media maya yang tersedia. Dan aspirasi yang disuarakan ini memiliki dampak
terhadap realitas politik,” kata Fayakhun Andriadi.
Akan tetapi, Fayakhun Andriadi juga
mengingatkan bahwa era digital seperti pisau bermata dua.
“Era digital
ini benar-benar menarik. Ia menguntungkan bagi politisi, pejabat, apatarur
negara yang punya rekam jejak bagus. Sebaliknya, media sosial menjadi neraka
bagi pejabat atau politisi yang mempunyai kontrol diri lemah. Di era digital
ini, setiap politisi, pemegang kebijakan, kepala pemerintahan, aparatur negara
harus meningkatkan kontrol diri,” ungkap Fayakhun Andriadi.
Ada banyak
sekali, kata Fayakhun Andriadi contoh betapa media sosial telah menjadi saluran
politik yang efektif dalam mendesakkan protes politik, protes sosial, kontrol
terhadap pemerintah bahkan menggulingkan pemerintah yang sah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar