Minggu, 18 Juni 2017

Fayakhun Andriadi: Sisi Negatif Teknologi Digital

Fayakhun Andriadi, Ketua DPD Partai Golkar DKI Jakarta, adalah anak keempat dari 5 bersaudara pasangan Ir. Haditirto Djoyodirdjo dan Etty Artiadi. Fayakhun berasal dari keluarga pekerja keras. Di usia 23 tahun, ia mengabdikan diri sebagai dosen jurusan Elektro, Fakultas Teknik Universitas Semarang. Politisi muda yang sekarang menjadi anggota DPR RI ini semenjak kecil telah terbiasa berprestasi dan mengikuti berkembangan zaman. Selain sibuk di dunia politik, Fayakhun masih menyempatkan diri berbagi pemikiran melalui tulisan-tulisannya. Beberapa tulisannya membahas mengenai “teknologi” yang menjadi salah satu bidang keahliannya.

Dalam salah satu bukunya yang berjudul “Demokrasi di Tangan Netizen”, Fayakhun Andriadi mengemukakan bahwa di samping kelebihan dan kemudahan dan dimilikinya, teknologi digital juga menyimpan problem yang serius di dalamnya. Sekedar memberikan salah satu contohnya, kita bisa melihat mengenai ancamman terjadinya perang mayantra. Era internet menyimpan bara dalam sekam. Seperti nuklir yang dapat berguna untuk pengobatan dan pembunuhan jutaan orang sekaligus, teknologi digital juga serupa. Ia bisa digunakan untuk membangun peradaban atau menghancurkannya. Sisi konstruktif dan destruktif teknologi digital ibarat dua sisi mata uang yang berkebalikan namun tidak bisa dipisahkan.

The next Pearl Harbor could very well be a cyberattack.” Peringatan itu dilontarkan Direktur CIA, Leon Panetta, di hadapan Kongres Amerika Serikat pada bulan Febuari tahun 2011. Panetta tidak sedang meracau. Pada tahun 2007, pemerintah Amerika Serikat mengalami serangan berbahaya: “spionase Pearl Harbor”. Yaitu masuknya “kekuatan asing” yang tidak diketahui ke semua jaringan badan teknologi tinggi dan lembaga militer, kemudian mengunduh total seluruh informasi dan data yang ada hingga kapasitas terabyte. Jelas ini merupakan ancaman nyata bagi keamanan nasional Amerika Serikat. Ancaman lebih dahsyat daripada peristiwa Pearl Harbor yang pernah terjadi pada tahun 1941 ketika perang dunia ke 2.
Akhir 2012, peringatan Panetta tadi diperkuat oleh Mike McConnel, mantan Direktur Intelejen Nasional di bawah Pemerintahan Presiden George W. Bush, bahwa Amerika Serikat tak boleh bersikap pasif pada kemungkinan terjadinya serangan cyber yang dahsyatnya setaraf dengan tragedi World Trade Center (WTC) pada tahun 2001.

Peringatan yang lain juga dilontarkan John Aquilla dan David Ronfeldt, seorang analis Rand Corporation. Bahkan kedua orang tersebut termasuk yang paling awal memberikan peringatan mengenai hal di atas, yaitu pada tahun 1993.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar